Jumat, 16 Mei 2014

Mengenang Bapak

Pagi ini, 12 April 2012….biasanya di pagi tanggal ini, saya akan menelpon ke Garut, mengucapkan “Wilujeng Teupang  Taun, Bapak sing sehat saterasna...,….”

Terkadang Mamah yang mengangkat dan mengatakan  Bapak sedang tidur…jadi, Mamahlah yang nanti menyampaikan…
Bahkan suatu hari beberapa tahun yang lalu, menjelang Milad Bapak, justru Mamah yang menelepon semua anaknya…”Bapak pengen kado…”, suara  Mamah diujung sana terdengar riang.
 Benakku berfikir, tumben Bapak minta Kado…?? Biasanya Bapak gak punya keinginan apa2, paling anak-anaknya saja yang sering memberi “sesuatu” yang memang kesukaannya.

Bapakku, Alm Edi Machdi, emang sosok yang ‘unik’, apa yang disukainya kadang tak bisa dimengerti yang lain.   Dalam sebulan, beliau bisa makan dengan menu yang sama setiap harinya.  Misalnya hari ini Soto, maka…selama sebulan setiap harinya beliau akan minta soto, jangan coba-coba ganti jika bukan bapak yang memintanya. Atau, setiap siang ada camilan tersaji, maka…selama sebulan harus selalu ada camilan itu, begitu juga dengan buah..bapakku sampai akhir hayatnya masih setia dengan papaya, gak pernah menyentuh buah yang lain. Bisa kena semprot dan aksi mogok makan deh kalo kita ganti…hehhe…

Kadang  Mamahpun bingung.Tapi begitulah Bapakku…
So, bisa dipahami kan kalo setiap bapak ulang tahun atau lebaran, kado yang didapat bapak dari anak-anaknya tetep sama?? Karena kalau kita memberi yang lain walaupun itu mahal…belum tentu Bapak mau menyentuhnya.
Biasanya, Bapak dapat hadiah “aneka coklat dan Wafer” dari Ceuceu….(kadang-kadang..kakakku yang ini getol juga mengirimkan Tabloid-Tabloid hiburan…hehe), kakakku yang lain ada yang memberi Pakaian dalam, Baju Koko dengan model yang sama  dengan bahan Katun Paris dan model simple (modelnya pun gak mau yang lain) warnanya pun harus putih, krem dan coklat, ada juga yang memberi kado celana batik kesukaan Bapak, bahkan dua tahun terakhir bapak suka jika dibelikan kaos berkerah dengan bahan lembut oleh suamiku, dan akan senang jika dibawakan itu sebagai hadiah, jadinya..di kamar Bapak tergantung banyak pakaian warna-warna itu dengan 2 model saja, Baju koko katun paris dan kaos Kerah bahan lembut,..hihi….
.Saya sendiri lebih suka member i kado Buku buat Bapak. Buku-buku pun harus yang mengandung History atau semacam Autobiografi tokoh, karena memang  bapak suka genre buku demikian. Koleksi Buku Bapak sepertinya lebih komplit dari perpustakaan manapun hehe.  Bapakku memang hobby membaca.   Mulai dari majalah terbitan tahun 1955 sampai majalah tahun 2012 , Bapak simpan dan dibundel dengan rapi.

So…jadi kado apa yang Bapak minta saat itu lewat Mamah??

Menurut  Mamah , “Bapak  Cuma minta kado….anak-anaknya Sholat Tahajud pas tgl 12 nanti mendoakan Bapak....” ujar Mamah di ujung sana. Subhanallah…..
Bapak….
Memang tak pernah lepas bertahajud setiap malam.  Seingatku, sejak saya masa sekolah dan serumah dengan bapak dan mamah di Garut, tiap jam 3 pagi…Bapak bangun, dan bertahajud…setelah itu beliau akan memasak air panas untuk mandi. Lalu membangunkan kami. begitu yang kutahu sampai akhir hidupnya minggu lalu'..
Hiks…hiks…

MASA KECIL DENGAN BAPAK…

Saya ingat sekali, Bapak akan terus bolak-balik di depan kamar kami jika kami males-malesan bangun. Lalu, jika  pagi terlampau repot dan kita udah kesiangan…bapak akan membantu menyisir rambutku dan membenahi seragamku. Kadang Saya suka enggan kalau disisiri Bapak, karena bapak akan memberi belahan pinggir di rambutku. Pinggir sekali…sampai terlihat lucu dan jadul hehe. Lalu kemejaku dikancingkan sampai leher dan dimasukkan dengan rapi. Hihihi…rasanya jadi seorang “pelajar banget”…
Dengan Scooter kebanggaannya, …bapak akan mengantarkan kami sekolah sekalian bapak ke kantornya. Anak Bapak yang delapan ini, harus bergantian diantarkan.
Sampai…suatu hari, Scooternya yang dipenuhi anak-anaknya, di depan satu dan dibelakang dua..kadang tiga anak….ditertawakan serombongan anak SPG…”waaahhh Bis datang….” Ujar mereka. kami malu juga di antar dengan serombongan begitu, tapi yaa…mau gimana lagi, jaman itu angkot masih jarang…naek becak kejauhan…ya sudahlah….

Tapi…karena  bertambahnya  pertumbuhan badan kami yang main membesar, dan gak muat di ‘umpel2’ lagi dalam satu motor….Bapak mulai memikirkan membeli kendaraan lain. So, dibelilah…Mobil Sedan Holden tahun tua…warna kuning kunyit. Betapa senangnya hati kami. Sore itu kami berkeliling kota  mencoba mobil baru kami.  Kaca mobil dibuka, dan kami semua menongolkan muka kita di kaca jendela, seakan memberitahukan kepada dunia….”kami sekarang gak akan lagi umpel2an dalam scooter…gak akan lagi hom pim p ah untuk dapat giliran menjemput Mamah di toko, karena dengan mobil ini…kami bisa masuk sekalian….” Hehe…kalau gak salah itu tahun 1982-1983…duh Norak banget kalo inget masa itu..
Selanjutnya…kemana-mana kami berkendaraan si Pak Raden, sebutan kami buat mobil baru kami itu. Konon, kami sebut Pak Raden…karena mobil itu selalu saja mogok jika mau dipakai ke luar kota. Kata Bapak, kayak tokoh Pak Raden ( si Unyil), yang selalu encok jika mau ada kerja bakti…haha..ada2 aja.

MELIHAT BINTANG …

Bapakku memang tipikal orang yang teliti dan rapi. Semua barangnya tersimpan pada tempatnya. Jangan heran kalau  di tas bapak komplit dengan peralatan2 darurat. Mulai dari senter kecil, jarum, gunting, obat-obatan, dsb. Pergi sama Bapak memang bikin kita merasa aman…hehe
Suatu hal menarik yang kuingat dari bapak, setiap kali kami pengen ikut menjemput Mamah (yg saat itu jaga Toko di tengah Kota Garut) malam hari, Bapak akan menyuruh kami melihat bintang di langit. Kata bapak, Kalo ada banyak bintang…kami boleh ikut bonceng di motornya, tp kalo ga ada bintang…jangan harap kami boleh ikut. Menurut Bapak…kalo terlihat bintang bertanda hari itu gak akan hujan, jadi aman kalo kami ikut. Hehe…

Bapakku…
Selalu saja merencanakan liburan.  Jika Liburan sekolah tiba, kami anak-anaknya akan dibawa jalan-jalan ke luar kota. Entah itu ke Kebon Binatang, Taman lalu lintas  Bandung atau sekedar berenang di Tirtagangga Cipanas.
Aah…mengenang bapakku, rasanya hati ini terasa sesak. Bapak adalah sosok kejujuran dimataku. Selalu saja beliau ajarkan tentang arti JUJUR…Jujur…dan Jujur….
Bahkan sampai ku dewasa kini, Bapak selalu mengingatkan itu berulang -ulang....sama seprti kesukaannya bercerita masa lalu yang ia terus perdengarkan setiap kali kami menginap di rumah Bapak...(kadang kami sampai hapal cerita itu....hihi...)

MASA REMAJAKU BERSAMA BAPAK
Ketika beranjak remaja, semua kakakku sudah kuliah di Bandung. Bahkan sebagian ada yang sudah menikah. Tinggal Saya menemani mamah dan bapak di rumah Garut.
Masa-masa Abg-ku …bapak sangat ketat mengawasi. Kuingat sekali, teman-teman cowokku sempat menjuluki Bapak dengan sebutan “Hunter” karena seringnya bapak bolak-balik saat mereka bertandang ke rumahku di malam minggu.
Tapi, buat Bapak…jika ada temanku yang sopan dan berkenan di hati Bapak, Bapak akan terus menyenanginya…(ehmm…salah satunya, suamiku inih….Pliss jgn GR ya…hahaha). 
Bapak juga yang sering membantuku merangkai kata2 balasan surat “pernyataan” org yang coba “mendekati”ku, kata Bapak…walaupun kita mau “menolak” tapi harus dengan bahasa yang baik, biar orang itu gak dendam….oaalllaaaahhhhh….jadinya dikte-an bapak buat kata-katanya itu seringkali kuhapus dan kuganti dengan bahasaku sendiri....(ya iyyalaaahh...Bapak mendiktenya dg bahasa baku   jaman penjajahan...hehe.jadul banget.serasa membaca Roman "Salah Asoehan" atau "Layar Terkembang" aja...hehe)

Kalau teman2 yang lain bebas menginap atau main bermalam di suatu tempat, maka Saya agak susah mendapat izin. Yeaahhh,….protektif? sedikit….
Bapakku memang selalu kuatir kalau anaknya jauh-jauh. Tak heran, saking takutnya terjadi apa-apa padaku, Bapak selalu menyelipkan semacam kartu dengan tulisan identitasku plus kata-kata “Jika Ada Apa-apa dengan anak ini, harap Hubungi : Bp. Edi Machdi, alamat………” hihi, sampai suatu ketika Kartu itu terlihat pacarku saat itu dan membuat dia meledak tertawa.Ada-ada saja. malu saya jadinya…
Walau terkadang kesal dengan segala kekuatirannya, tapi baru kusadari kalau apa yang bapak tanamkan itu memang buat kebaikan Saya. Dan saya mersa bersyukur sekali, punya Bapak yang sangat care pada anaknya.
Ketika akhirnya saya menikah dan harus pindah ke Bekasi, kutahu Bapak sangat kuatir…maklum, saya gak pernah jauh dari keluarga. Tapi, kesadaran dan bijaknya Bapak…beliau tahu bahwa sekarang Anak bungsunya ini bukan tanggungjawabnya lagi. Ada yang lebih berhak….begitu kata bapak saat itu.

BAPAK & MAMAH

Mereka hanyalah sepasang suami istri biasa .  Semenjak bapak pensiun dari PERTAMINA, mamah justru mulai berwiraswasta. Kesibukan mamah, sangat dipahami oleh Bapak.  Itulah yang bisa menjadikan perkawinan mereka utuh sampai lebih dari 55 tahun.
Perkawinan selama itu, saya hanya pernah menyaksikan satu kali saja mereka bertengkar, dan itupun bukan hal yang prinsip, hanya salah paham biasa, selebihnya…hubungan mereka berjalan sangat wajar. Padahal…karakter mamah yang aktif dan tak suka hal-hal yang romantic, berbanding terbalik dengan bapak  yang kutu buku dan  sedikit melankolis dan suka mengenang . tapi…hebatnya, mereka bisa saling memahami, dan tak menuntut apapun. Suatu hal yang sangat saya salut…saat mamah tengah sibuk dengan keriuhan pesanan, Bapak akan menyingkir dan tak mengganggu, bahkan jika terlihat Mamah sedang repot tak segan bapak melayani dirinya sendiri. Saling memahami…dan ikhlas dengan apa yang dihadapi…adalah cara mereka berinteraksi. Debat2 kecil sih sering…dan itu biasanya karena bapakku sering mencandai Mamah. hehe

KEHILANGAN

Ketika Mamah masuk ICU, sebulan lalu..Bapak tak terlihat panic. Bahkan justru Bapak yang menemukan mamah di kamar mandi dalam kondisi pingsan. Bapak yang mengingatkan anak-anaknya apa aja yang harus di bawa ke RS mengantar Mamah.
Kondisi Mamah yang memprihatinkan saat itu, rasanya akan bisa mengganggu fikiran Bapak. Makanya, kami belum bisa membawa Bapak ke ICU melihat Mamah. Tapi, seusai sholat Jum’at..tiba-tiba saja Bapak ingin menjenguk mamah di Ruang ICU.  Bapak memandangi Mamah yang terkulai lemah.  Seperti biasa, wajah Bapak yang kaku terlihat datar saja. Hanya saja, beliau pernah berucap kepada kakakku di telpon “Hampura ka Mamah nya….”, katanya lirih. Saya tak tau apa yang dirasakannya. Tapi sepertinya beliau sudah ikhlas dengan apa yang akan terjadi pada mamah saat itu.

 akhirnya, tgl 13 Maret 2012 Mamah meninggal….Bapak pun hanya tertunduk lesu saat dikasih tahu seusai beliau sholat Tahajud. Tapi, lantas beliau mengintruksikan ini-itu untuk menyambut jenasah Mamah.
Bapak tampak tegar melihat jenasah Mamah, orang yang telah menemaninya lebih dari separuh hidupnya itu. Bahkan…sesuai semua proses pemakaman selesai dan kami, anak-anaknya masih berkumpul…Bapak bersikap wajar, dan masih sempat banyak bercanda…terutama menjaili cucu-cucunya saat itu.

Minggu selanjutnya, ketika saya datang kembali ke rumah Bapak, Bapak masih terlihat biasa…
Kami mengobrol banyak hal. Hanya saja, Saya sedikit melihat air disudut mata tuanya saat beliau memandang kosong kursi Mamah biasa duduk. “Biasanya Mamah jam segini duduk disitu….” Ujarnya lirih. Bapak pun mulai gak mau tidur di kamarnya sendiri. Beliau saat itu jadi suka tidur di kursi. Kalau di kamar, inget Mamah terus…ujarnya.
Kembali kami, anak-anaknya yang di luar kota harus pulang. Bapak masih sempat mengantar ke depan.  Setelah itu…hari-hari selanjutnya….kudengar kabar Bapak menjadi murung dan gak mau makan. Seharian hanya di kamar, bahkan akhir-akhirnya tertidur tanpa mau makan.  Bapak pun menjadi sedikit terganggu memorinya. Kerap kali ia bertanya dimana ia kini, “Bapak hoyong uih ka bumi bapak…”..hiks…hiks…padahal jelas-jelas beliau sedang ada di rumah. Ingin pulang!! Selalu saja begitu keinginannya. Saya bisa memaklumi, seusia bapakku…mungking kesepian itu ada.
Teman dan saudara seangkatan bapak hampir semuanya telah tiada, dan Mamah yang selama ini jadi teman segalanya pun tiada…..hiks…hiks…”Bapak Keu’eung….” Begitu Bapak pernah berucap padaku….
Yang membuat kami takjub, menurut Kakakku ( yang tinggal sama Bapak) bapak selalu saja memejamkan mata seolah tidur dan lemas, tapi jika malam tiba...bapak bisa berdiri berjalan seperti biasa dan sholat disisi ranjang....Subhanallah

Akhirnya, Bapak dibawa ke RS. Tapi dokter  tidak menemukan penyakit apapun.  ketika diperiksa dokter syaraf, ia mengatakan kalau bapak terserang stroke juga…hanya saja masih harus diobservasi, katanya.  Kami semua heran, karena selama ini Bapak tak pernah punya riwayat Tensi tinggi ataupun penyakit penyebab stroke lainnya. Entahlah…kami pun hanya bisa berdoa.

Malam itu…
3 April 2012,  Sejak pagi…Saya gelisah terus. Saya ingat Bapak yang ada di RS Garut. Sayapun mendoakan Bapak dari jauh saja…minta yang terbaik buat bapak…
Malam, sekitar jam 22.00 WIB Kuganti DP BB-ku dengan foto Bapak dan Mamah,rasanya saat itu saya begitu kangen sama mereka. ketika tiba2 saja telpon berdering.  Rasanya tak percaya…berita itu….”Bapak meninggal…..”..hiks…Innalillahi wainnailaihi Roji’un…

Bapak menyusul Mamah….

Tepat di selasa ketiga Mamah meninggal, Bapak menyusulnya….Bapak meninggal dalam tidur panjangnya tanpa sempat kami berkomunikasi kembali...
Tak ada yang lebih membuatku terpukul selain berita itu. Sedih…sakitt….rasanya tak bisa diceritakan. Sayapun rasanya tak bisa menangis lagi. Tapi batin terus menjerit, malam itu.

Apalagi, saat kulihat wajah tenang Bapak….ingin kupeluk terus, dan tak percaya kalau bapak tiada. “Bapak…Maafkan …anakmu yang belum sempat membahagiakan Bapak…”
Kalau saja iman tak ada dihatiku, ingin ku”protes” takdir  ini….kehilangan dua orang yang paling kita cintai dalam waktu yang singkat adalah hal terberat yang kami alami…
Tapi….Allah memang menjaga kami. Keikhlasan itu membuat kami kuat. Kami memang harus kuat dan ikhlas….agar mereka bisa tenang menghadap-Nya…
Mamah….Bapak…
Sedih ini kami pendam dengan doa….
Kehilangan ini kami kubur dengan tawekalku pada sang pencipta…karena kami tahu, umur manusia telah ditentukan-Nya dan tak akan meleset sedetikpun…hanya saja caranya yang kadang tak bisa kita terka…
Bapak dan Mamah memang pasangan sejiwa…
Saya ikhlas…
Insya Allah ikhlas….
Walaupun tangis saya masih ada dalam malam-malam sepi…diantara doa kepada-Nya…

Jadi teringat Lebaran silam...
saat kami ngobrol dan tertawa-tawa bersama mereka, Bapak sempet berucap...."kadang Bapak suka mikir, Lebaran nanti...bapak masih ada umur gaaak ya?"...
hiks...dan mungkin....inilah akhir dari kebersamaan itu.
Bapak...Mamah...
bersisian di pemakaman yang sama. bersebelahan nisan....
semoga kitapun  bisa bertemu lagi di tempat-Nya yang indah , kelak...
Amiin...

Haru saya saya kulihat di lemari Bapak, ada baju masa kecilku, boneka…bahkan buku-buku saat pertama kali kubisa menulis dan mengeja…
Ahhh….Bapak….
Baru kurasakan betapa dalamnya sakit ini ketika merasakan ‘kangen’ tak tertahankan pada Bapak dan mamah…tapi disatu sisi saya sadar saya tak bisa lagi menemui kalian….hiks…hiks…sakiiiiiit sekali…
Dan tadi pagi….
Saya pun hanya memandangi telepon dengan hampa….
Tgl 12 April ini…..doa saya tak terucap kata, hanya lewat batin saja saya bicara….
“Semoga Allah melapangkan kubur dan amal Mamah dan Bapak…..” Amiin….
Tugas saya kini….
Berusaha menjadi  anak yang solehah, sebagai kado yang bisa kukirim ke alam sana….buatmu, Mamah dan Bapak….

………………… Ya Allah…saat ini saya kangen sekali dengan mereka…..hiks…hiks….








Buat MAmah dan Bapak....
Tak ada cinta terdasyat selain cintaku pada kalian berdua...
maaf...jika kalian belum sempat mendengarnya langsung dariku...tapi saya yakin, kalian mengetahuinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar