Pagi ini, 12 April 2012….biasanya di pagi tanggal ini, saya akan menelpon ke Garut, mengucapkan “Wilujeng Teupang Taun, Bapak sing sehat saterasna...,….”
Terkadang Mamah yang mengangkat dan mengatakan Bapak sedang tidur…jadi, Mamahlah yang nanti menyampaikan…
Bahkan
suatu hari beberapa tahun yang lalu, menjelang Milad Bapak, justru
Mamah yang menelepon semua anaknya…”Bapak pengen kado…”, suara Mamah
diujung sana terdengar riang.
Benakku berfikir, tumben Bapak
minta Kado…?? Biasanya Bapak gak punya keinginan apa2, paling
anak-anaknya saja yang sering memberi “sesuatu” yang memang kesukaannya.
Bapakku, Alm Edi Machdi,
emang sosok yang ‘unik’, apa yang disukainya kadang tak bisa dimengerti
yang lain. Dalam sebulan, beliau bisa makan dengan menu yang sama
setiap harinya. Misalnya hari ini Soto, maka…selama sebulan setiap
harinya beliau akan minta soto, jangan coba-coba ganti jika bukan bapak
yang memintanya. Atau, setiap siang ada camilan tersaji, maka…selama
sebulan harus selalu ada camilan itu, begitu juga dengan buah..bapakku
sampai akhir hayatnya masih setia dengan papaya, gak pernah menyentuh buah yang lain. Bisa kena semprot dan aksi mogok makan deh kalo kita ganti…hehhe…
Kadang Mamahpun bingung.Tapi begitulah Bapakku…
So,
bisa dipahami kan kalo setiap bapak ulang tahun atau lebaran, kado yang
didapat bapak dari anak-anaknya tetep sama?? Karena kalau kita memberi
yang lain walaupun itu mahal…belum tentu Bapak mau menyentuhnya.
Biasanya, Bapak dapat hadiah “aneka coklat dan Wafer” dari Ceuceu….(kadang-kadang..kakakku
yang ini getol juga mengirimkan Tabloid-Tabloid hiburan…hehe), kakakku
yang lain ada yang memberi Pakaian dalam, Baju Koko dengan model yang
sama dengan bahan Katun Paris dan model simple (modelnya pun gak mau
yang lain) warnanya pun harus putih, krem dan coklat, ada juga yang
memberi kado celana batik kesukaan Bapak, bahkan dua tahun terakhir
bapak suka jika dibelikan kaos berkerah dengan bahan lembut oleh
suamiku, dan akan senang jika dibawakan itu sebagai hadiah, jadinya..di
kamar Bapak tergantung banyak pakaian warna-warna itu dengan 2 model
saja, Baju koko katun paris dan kaos Kerah bahan lembut,..hihi….
.Saya
sendiri lebih suka member i kado Buku buat Bapak. Buku-buku pun harus
yang mengandung History atau semacam Autobiografi tokoh, karena memang
bapak suka genre buku demikian. Koleksi Buku Bapak sepertinya lebih
komplit dari perpustakaan manapun hehe. Bapakku memang hobby membaca.
Mulai dari majalah terbitan tahun 1955 sampai majalah tahun 2012 ,
Bapak simpan dan dibundel dengan rapi.
So…jadi kado apa yang Bapak minta saat itu lewat Mamah??
Menurut
Mamah , “Bapak Cuma minta kado….anak-anaknya Sholat Tahajud pas tgl 12
nanti mendoakan Bapak....” ujar Mamah di ujung sana. Subhanallah…..
Bapak….
Memang
tak pernah lepas bertahajud setiap malam. Seingatku, sejak saya masa
sekolah dan serumah dengan bapak dan mamah di Garut, tiap jam 3
pagi…Bapak bangun, dan bertahajud…setelah itu beliau akan memasak air
panas untuk mandi. Lalu membangunkan kami. begitu yang kutahu sampai
akhir hidupnya minggu lalu'..
Hiks…hiks…
MASA KECIL DENGAN BAPAK…
Saya
ingat sekali, Bapak akan terus bolak-balik di depan kamar kami jika
kami males-malesan bangun. Lalu, jika pagi terlampau repot dan kita
udah kesiangan…bapak akan membantu menyisir rambutku dan membenahi
seragamku. Kadang Saya suka enggan kalau disisiri Bapak, karena bapak
akan memberi belahan pinggir di rambutku. Pinggir sekali…sampai terlihat lucu dan jadul hehe. Lalu kemejaku dikancingkan sampai leher dan dimasukkan dengan rapi. Hihihi…rasanya jadi seorang “pelajar banget”…
Dengan
Scooter kebanggaannya, …bapak akan mengantarkan kami sekolah sekalian
bapak ke kantornya. Anak Bapak yang delapan ini, harus bergantian
diantarkan.
Sampai…suatu hari, Scooternya yang dipenuhi
anak-anaknya, di depan satu dan dibelakang dua..kadang tiga
anak….ditertawakan serombongan anak SPG…”waaahhh Bis datang….” Ujar
mereka. kami malu juga di antar dengan serombongan begitu, tapi yaa…mau
gimana lagi, jaman itu angkot masih jarang…naek becak kejauhan…ya
sudahlah….
Tapi…karena bertambahnya pertumbuhan badan
kami yang main membesar, dan gak muat di ‘umpel2’ lagi dalam satu
motor….Bapak mulai memikirkan membeli kendaraan lain. So,
dibelilah…Mobil Sedan Holden tahun tua…warna kuning kunyit. Betapa
senangnya hati kami. Sore itu kami berkeliling kota mencoba mobil baru
kami. Kaca mobil dibuka, dan kami semua menongolkan muka kita di kaca
jendela, seakan memberitahukan kepada dunia….”kami sekarang gak akan
lagi umpel2an dalam scooter…gak akan lagi hom pim p ah untuk dapat
giliran menjemput Mamah di toko, karena dengan mobil ini…kami bisa masuk
sekalian….” Hehe…kalau gak salah itu tahun 1982-1983…duh Norak banget
kalo inget masa itu..
Selanjutnya…kemana-mana kami berkendaraan si Pak Raden, sebutan
kami buat mobil baru kami itu. Konon, kami sebut Pak Raden…karena mobil
itu selalu saja mogok jika mau dipakai ke luar kota. Kata Bapak, kayak
tokoh Pak Raden ( si Unyil), yang selalu encok jika mau ada kerja
bakti…haha..ada2 aja.
MELIHAT BINTANG …
Bapakku
memang tipikal orang yang teliti dan rapi. Semua barangnya tersimpan
pada tempatnya. Jangan heran kalau di tas bapak komplit dengan
peralatan2 darurat. Mulai dari senter kecil, jarum, gunting,
obat-obatan, dsb. Pergi sama Bapak memang bikin kita merasa aman…hehe
Suatu
hal menarik yang kuingat dari bapak, setiap kali kami pengen ikut
menjemput Mamah (yg saat itu jaga Toko di tengah Kota Garut) malam hari,
Bapak akan menyuruh kami melihat bintang di langit. Kata bapak, Kalo
ada banyak bintang…kami boleh ikut bonceng di motornya, tp kalo ga ada
bintang…jangan harap kami boleh ikut. Menurut Bapak…kalo terlihat
bintang bertanda hari itu gak akan hujan, jadi aman kalo kami ikut.
Hehe…
Bapakku…
Selalu saja merencanakan
liburan. Jika Liburan sekolah tiba, kami anak-anaknya akan dibawa
jalan-jalan ke luar kota. Entah itu ke Kebon Binatang, Taman lalu
lintas Bandung atau sekedar berenang di Tirtagangga Cipanas.
Aah…mengenang
bapakku, rasanya hati ini terasa sesak. Bapak adalah sosok kejujuran
dimataku. Selalu saja beliau ajarkan tentang arti JUJUR…Jujur…dan
Jujur….
Bahkan sampai ku dewasa kini, Bapak selalu mengingatkan
itu berulang -ulang....sama seprti kesukaannya bercerita masa lalu yang
ia terus perdengarkan setiap kali kami menginap di rumah Bapak...(kadang
kami sampai hapal cerita itu....hihi...)
MASA REMAJAKU BERSAMA BAPAK
Ketika
beranjak remaja, semua kakakku sudah kuliah di Bandung. Bahkan sebagian
ada yang sudah menikah. Tinggal Saya menemani mamah dan bapak di rumah
Garut.
Masa-masa Abg-ku …bapak sangat ketat mengawasi. Kuingat
sekali, teman-teman cowokku sempat menjuluki Bapak dengan sebutan
“Hunter” karena seringnya bapak bolak-balik saat mereka bertandang ke
rumahku di malam minggu.
Tapi, buat Bapak…jika ada temanku yang
sopan dan berkenan di hati Bapak, Bapak akan terus
menyenanginya…(ehmm…salah satunya, suamiku inih….Pliss jgn GR
ya…hahaha).
Bapak juga yang sering membantuku merangkai kata2
balasan surat “pernyataan” org yang coba “mendekati”ku, kata
Bapak…walaupun kita mau “menolak” tapi harus dengan bahasa yang baik,
biar orang itu gak dendam….oaalllaaaahhhhh….jadinya dikte-an bapak buat
kata-katanya itu seringkali kuhapus dan kuganti dengan bahasaku
sendiri....(ya iyyalaaahh...Bapak mendiktenya dg bahasa baku jaman
penjajahan...hehe.jadul banget.serasa membaca Roman "Salah Asoehan" atau
"Layar Terkembang" aja...hehe)
Kalau teman2 yang lain
bebas menginap atau main bermalam di suatu tempat, maka Saya agak susah
mendapat izin. Yeaahhh,….protektif? sedikit….
Bapakku memang
selalu kuatir kalau anaknya jauh-jauh. Tak heran, saking takutnya
terjadi apa-apa padaku, Bapak selalu menyelipkan semacam kartu dengan
tulisan identitasku plus kata-kata “Jika Ada Apa-apa dengan anak ini, harap Hubungi : Bp. Edi Machdi, alamat………” hihi, sampai suatu ketika Kartu itu terlihat pacarku saat itu dan membuat dia meledak tertawa.Ada-ada saja. malu saya jadinya…
Walau
terkadang kesal dengan segala kekuatirannya, tapi baru kusadari kalau
apa yang bapak tanamkan itu memang buat kebaikan Saya. Dan saya mersa
bersyukur sekali, punya Bapak yang sangat care pada anaknya.
Ketika
akhirnya saya menikah dan harus pindah ke Bekasi, kutahu Bapak sangat
kuatir…maklum, saya gak pernah jauh dari keluarga. Tapi, kesadaran dan
bijaknya Bapak…beliau tahu bahwa sekarang Anak bungsunya ini bukan
tanggungjawabnya lagi. Ada yang lebih berhak….begitu kata bapak saat itu.
BAPAK & MAMAH
Mereka
hanyalah sepasang suami istri biasa . Semenjak bapak pensiun dari
PERTAMINA, mamah justru mulai berwiraswasta. Kesibukan mamah, sangat
dipahami oleh Bapak. Itulah yang bisa menjadikan perkawinan mereka utuh
sampai lebih dari 55 tahun.
Perkawinan selama itu, saya hanya
pernah menyaksikan satu kali saja mereka bertengkar, dan itupun bukan
hal yang prinsip, hanya salah paham biasa, selebihnya…hubungan mereka
berjalan sangat wajar. Padahal…karakter mamah yang aktif dan tak suka
hal-hal yang romantic, berbanding terbalik dengan bapak yang kutu buku
dan sedikit melankolis dan suka mengenang . tapi…hebatnya, mereka bisa
saling memahami, dan tak menuntut apapun. Suatu hal yang sangat saya
salut…saat mamah tengah sibuk dengan keriuhan pesanan, Bapak akan
menyingkir dan tak mengganggu, bahkan jika terlihat Mamah sedang repot
tak segan bapak melayani dirinya sendiri. Saling memahami…dan ikhlas
dengan apa yang dihadapi…adalah cara mereka berinteraksi. Debat2 kecil
sih sering…dan itu biasanya karena bapakku sering mencandai Mamah. hehe
KEHILANGAN
Ketika
Mamah masuk ICU, sebulan lalu..Bapak tak terlihat panic. Bahkan justru
Bapak yang menemukan mamah di kamar mandi dalam kondisi pingsan. Bapak
yang mengingatkan anak-anaknya apa aja yang harus di bawa ke RS
mengantar Mamah.
Kondisi Mamah yang memprihatinkan saat itu,
rasanya akan bisa mengganggu fikiran Bapak. Makanya, kami belum bisa
membawa Bapak ke ICU melihat Mamah. Tapi, seusai sholat
Jum’at..tiba-tiba saja Bapak ingin menjenguk mamah di Ruang ICU. Bapak
memandangi Mamah yang terkulai lemah. Seperti biasa, wajah Bapak yang
kaku terlihat datar saja. Hanya saja, beliau pernah berucap kepada
kakakku di telpon “Hampura ka Mamah nya….”, katanya lirih. Saya
tak tau apa yang dirasakannya. Tapi sepertinya beliau sudah ikhlas
dengan apa yang akan terjadi pada mamah saat itu.
akhirnya,
tgl 13 Maret 2012 Mamah meninggal….Bapak pun hanya tertunduk lesu saat
dikasih tahu seusai beliau sholat Tahajud. Tapi, lantas beliau
mengintruksikan ini-itu untuk menyambut jenasah Mamah.
Bapak
tampak tegar melihat jenasah Mamah, orang yang telah menemaninya lebih
dari separuh hidupnya itu. Bahkan…sesuai semua proses pemakaman selesai
dan kami, anak-anaknya masih berkumpul…Bapak bersikap wajar, dan masih
sempat banyak bercanda…terutama menjaili cucu-cucunya saat itu.
Minggu selanjutnya, ketika saya datang kembali ke rumah Bapak, Bapak masih terlihat biasa…
Kami
mengobrol banyak hal. Hanya saja, Saya sedikit melihat air disudut mata
tuanya saat beliau memandang kosong kursi Mamah biasa duduk. “Biasanya
Mamah jam segini duduk disitu….” Ujarnya lirih. Bapak pun mulai gak mau
tidur di kamarnya sendiri. Beliau saat itu jadi suka tidur di kursi.
Kalau di kamar, inget Mamah terus…ujarnya.
Kembali kami,
anak-anaknya yang di luar kota harus pulang. Bapak masih sempat
mengantar ke depan. Setelah itu…hari-hari selanjutnya….kudengar kabar
Bapak menjadi murung dan gak mau makan. Seharian hanya di kamar, bahkan
akhir-akhirnya tertidur tanpa mau makan. Bapak pun menjadi sedikit
terganggu memorinya. Kerap kali ia bertanya dimana ia kini, “Bapak hoyong uih ka bumi bapak…”..hiks…hiks…padahal
jelas-jelas beliau sedang ada di rumah. Ingin pulang!! Selalu saja
begitu keinginannya. Saya bisa memaklumi, seusia bapakku…mungking
kesepian itu ada.
Teman dan saudara seangkatan bapak hampir
semuanya telah tiada, dan Mamah yang selama ini jadi teman segalanya pun
tiada…..hiks…hiks…”Bapak Keu’eung….” Begitu Bapak pernah berucap padaku….
Yang
membuat kami takjub, menurut Kakakku ( yang tinggal sama Bapak) bapak
selalu saja memejamkan mata seolah tidur dan lemas, tapi jika malam
tiba...bapak bisa berdiri berjalan seperti biasa dan sholat disisi
ranjang....Subhanallah
Akhirnya, Bapak dibawa ke RS. Tapi
dokter tidak menemukan penyakit apapun. ketika diperiksa dokter
syaraf, ia mengatakan kalau bapak terserang stroke juga…hanya saja masih
harus diobservasi, katanya. Kami semua heran, karena selama ini Bapak
tak pernah punya riwayat Tensi tinggi ataupun penyakit penyebab stroke
lainnya. Entahlah…kami pun hanya bisa berdoa.
Malam itu…
3 April 2012,
Sejak pagi…Saya gelisah terus. Saya ingat Bapak yang ada di RS Garut.
Sayapun mendoakan Bapak dari jauh saja…minta yang terbaik buat bapak…
Malam,
sekitar jam 22.00 WIB Kuganti DP BB-ku dengan foto Bapak dan
Mamah,rasanya saat itu saya begitu kangen sama mereka. ketika tiba2 saja
telpon berdering. Rasanya tak percaya…berita itu….”Bapak
meninggal…..”..hiks…Innalillahi wainnailaihi Roji’un…
Bapak menyusul Mamah….
Tepat
di selasa ketiga Mamah meninggal, Bapak menyusulnya….Bapak meninggal
dalam tidur panjangnya tanpa sempat kami berkomunikasi kembali...
Tak
ada yang lebih membuatku terpukul selain berita itu.
Sedih…sakitt….rasanya tak bisa diceritakan. Sayapun rasanya tak bisa
menangis lagi. Tapi batin terus menjerit, malam itu.
Apalagi,
saat kulihat wajah tenang Bapak….ingin kupeluk terus, dan tak percaya
kalau bapak tiada. “Bapak…Maafkan …anakmu yang belum sempat
membahagiakan Bapak…”
Kalau saja iman tak ada dihatiku, ingin
ku”protes” takdir ini….kehilangan dua orang yang paling kita cintai
dalam waktu yang singkat adalah hal terberat yang kami alami…
Tapi….Allah
memang menjaga kami. Keikhlasan itu membuat kami kuat. Kami memang
harus kuat dan ikhlas….agar mereka bisa tenang menghadap-Nya…
Mamah….Bapak…
Sedih ini kami pendam dengan doa….
Kehilangan
ini kami kubur dengan tawekalku pada sang pencipta…karena kami tahu,
umur manusia telah ditentukan-Nya dan tak akan meleset sedetikpun…hanya
saja caranya yang kadang tak bisa kita terka…
Bapak dan Mamah memang pasangan sejiwa…
Saya ikhlas…
Insya Allah ikhlas….
Walaupun tangis saya masih ada dalam malam-malam sepi…diantara doa kepada-Nya…
Jadi teringat Lebaran silam...
saat
kami ngobrol dan tertawa-tawa bersama mereka, Bapak sempet
berucap...."kadang Bapak suka mikir, Lebaran nanti...bapak masih ada
umur gaaak ya?"...
hiks...dan mungkin....inilah akhir dari kebersamaan itu.
Bapak...Mamah...
bersisian di pemakaman yang sama. bersebelahan nisan....
semoga kitapun bisa bertemu lagi di tempat-Nya yang indah , kelak...
Amiin...
Haru
saya saya kulihat di lemari Bapak, ada baju masa kecilku, boneka…bahkan
buku-buku saat pertama kali kubisa menulis dan mengeja…
Ahhh….Bapak….
Baru
kurasakan betapa dalamnya sakit ini ketika merasakan ‘kangen’ tak
tertahankan pada Bapak dan mamah…tapi disatu sisi saya sadar saya tak
bisa lagi menemui kalian….hiks…hiks…sakiiiiiit sekali…
Dan tadi pagi….
Saya pun hanya memandangi telepon dengan hampa….
Tgl 12 April ini…..doa saya tak terucap kata, hanya lewat batin saja saya bicara….
“Semoga Allah melapangkan kubur dan amal Mamah dan Bapak…..” Amiin….
Tugas saya kini….
Berusaha menjadi anak yang solehah, sebagai kado yang bisa kukirim ke alam sana….buatmu, Mamah dan Bapak….
………………… Ya Allah…saat ini saya kangen sekali dengan mereka…..hiks…hiks….
Buat MAmah dan Bapak....
Tak ada cinta terdasyat selain cintaku pada kalian berdua...
maaf...jika kalian belum sempat mendengarnya langsung dariku...tapi saya yakin, kalian mengetahuinya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar